Monday, August 15, 2011

Industri Herbal Lokal Resah Dengan Serbuan Pengobatan Alternatif China


Pengobatan alternatif China berbasis herbal mulai menjamur beberapa tahun terakhir. Fenomena ini membuat khawatir industri jamu dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha dan Obat Tradisional (GP Jamu) Charles Saerang mengatakan selama 4 tahun terakhir pelaku pengobatan herbal alternatif asal China mulai menggerogoti pasar industri kesehatan dalam negeri. Imbasnya memukul sektor rumah sakit, industri jamu, klinik kesehatan lokal termasuk pelaku ritel jamu.

Charles menambahkan legalitas pengobatan alternatif China pun selama ini berada dalam ranah abu-abu. Misalnya pemerintah dalam hal ini BPOM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kebudayaan, dan Pariwisata saling lempar dan lepas tangan.

"Jadi mereka masuk, menurut Depkes bukan area mereka, itu katanya wilayah dinas kesehatan karena otonomi daerah, ada yang masuk melalui pariwisata," katanya kepada detikFinance.

Bahkan kata Charles, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang selama ini menjadi ujung tombak pengawasan obat terkesan cuci tangan. Padahal seharusnya obat-obatan herbal asal China itu pun perlu mendapat pengawasan dari pemerintah.

"Alasan BPOM, nggak pernah diperiksa itu bukan wilayah mereka, karena tidak dijual belikan di toko-toko umum," keluhnya.

Menurut Charles yang membuat industri jamu 'cemburu' adalah sikap pemerintah yang terkesan mengabaikan aspek superlatif terhadap klaim-klaim berlebihan iklan pengobatan ala China. Padahal industri jamu di dalam negeri sudah lama di larang menggunakan istilah klaim yang berlebihan untuk mencegah terjadinya pembodohan masyarakat.

"Mereka bebas dengan klaim mengobati kanker dengan stadium parah, padahal kita sendiri (industri jamu) klaim seperti itu nggak boleh. Mereka klaim yang sudah dibuktikan ribuan tahunan, kata-kata klaim itu salah," katanya.

Ia menduga maraknya pengobatan alternatif asal China mendapat dukungan dari pemerintah China langsung. Selama 4 tahun belakangan ini, iklan-iklan mereka di media massa seperti koran maupun televisi begitu gencar.

"Satu bulan itu iklan mereka Rp 2 miliar di surat kabar, ini belum di televisi," katanya.

Charles memperkirakan omset bisnis mereka per tahun paling tidak bisa mencapai Rp 600 miliar dengan tersebar di beberapa kota di Indonesia. Bahkan Charles mencurigai pemain dari bisnis alternatif China ini hanyalah satu pemain saja namun dikemas secara berbeda.

"Ada yang namanya Tong Sang, di setiap daerah ada," katanya.

Dikatakannya industri jamu sangat berkepentingan terhadap fenomena ini. Selain mengganggu industri dalam negeri, legalitas pengobatan alternatif asal China dipertanyakan apalagi adanya klaim-klaim berlebihan yang bisa menyesatkan konsumen dan keselamatan konsumen.

"Kenapa rumah sakit tak teriak, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) nggak teriak," tanya Charles.


Sumber :

0 comments:

Post a Comment

Followers

 
http://blog---food.blogspot.com