Sebuah kisah bathin yang baru saja terjadi menimpaku. Kisah ini bermula saat aku berangkat haji tahun 2009 silam. Sebagai jamaah haji yang pernah mengenal seputar ka’bah, tentunya tanpa terkecuali mereka ingin sekali bisa mencium yang namanya "Hajar Aswad". Sebab dalam hikayat yang banyak tersirat dibeberapa keafdholan amaliyah, bahwa pada masa Nabiyulloh Ibrohim AS, Hajar Aswad atau batu surga yang menjadi saksi para jamaah haji sejak zamannya, hingga sampai Nabiyulloh Muhammad SAW, batu ini pernah berjanji;
"Siapapun bisa menghormati Baitulloh dengan menciumku, maka takkan pernah kutinggalkan mereka kecuali dalam keadaan masuk surga"
Begitu sakralnya "Hajar Aswad" hingga siapapun yang berthoaf niscaya hati mereka gundah gulana sebelum bisa menciumnya.
Namun dalam musim haji, siapapun tidak semudah bisa mencium batu sakral yang satu ini, sebab jutaan umat manusia yang sedang menggelar thoaf hampir semuanya ingin berebut menciumnya.
Keadaan seperti inilah yang membuat mereka takut terjatuh maupun membawa madhorot lainnya, sehingga mereka hanya bisa melambaikan tangan sewaktu berthoaf tepat pada arah "Hajar Aswad" berada.
Seperti juga diriku, hasrat dan keinginan untuk bisa mencium hajar aswad kian menggebu ditengah banyaknya umat manusia sedang melaksanakan thoaf sunah maupun wajib secara bersamaan.
Namun kita kembalikan lagi pada kenyataan yang ada, bahwa mencari waktu sepi ditengah ramainya jamaah haji sangatlah sulit, sebab dimusim haji seperti ini 24 jam full, masjidil haram dan areal ka’bah selalu sesak para jamaah yang menunjukkan kesemangatan beribadahnya untuk bisa dekat dengan Allah SWT.
Pada sewaktu malam kebahagiaanku kian memuncak tatkala bersama dengan lima teman satu kloterku berhasil mencium "Hajar Aswad" yang sangat diagungkan kalayak umat manusia yang pernah datang kesana.
Dalam hatiku selalu terbersit "Seandainnya Hajar Aswad ini bisa kuraih dan bisa dibawa pulang niscaya hatiku akan tentram selamanya, sebab aroma yang keluar dari batu ini membuat hatiku selalu terbayang untuk bisa berangkat lagi ke tanah suci Mekkah"
Kisah ini benar- benar terjadi menimpaku, empat hari setelah kepulanganku dari tanah suci Mekkah, aku langsung bersilaturrohmi kerumah guruku, dan sesampainnya disana guruku langsung menitipkan satu benda yang kuyakini adalah buah kelapa;
"Tolong ini ada titipan dari Abi Sunan Hasanudin Banten" terangnya;
Setelah kucermati, Subhanalloh!! ternyata didalamnya ada segumpal gandos yang sudah mengeras dan terus mengeluarkan minyak wangi secara alami dan yang sangat mengejutkanku, ternyata aromanya sama persis dengan aroma "Hajar Aswad" Jazakumulloh khoero jaza.
Menurut guruku, kelapa ini dinamakan "Kelapa Hajar Aswad" karena warna dan aromanya sama persis dengan hajar aswad yang ada ditanah suci Mekkah…Subhanallohhhhhhhhh!!!!!!
Dalam hal supranatural, menurut guruku, kelapa ini kepunyaan Sulthan Hasanuddin Banten, yang diambil dari alam Thuroby semasa hidupnya, dan mempunyai beragam manfaat secara keseluruhan baik dalam hal derajat, kerejekian, charisma, pengasihan, pengobatan dan kekuatan anti tembak.
Kini mustika ini masih disimpan secara rapih. Semoga dengan gambaran ini diambil satu pelajaran : "Apapun doa kita pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT, asal hati, pikiran dan mulut kita jangan suka menggerutu dan harus bersih dari penyakit bathin".
Sumber : misteri (Idris Nawawi)
Monday, August 15, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment